Kang Saepullah (Wakil Ketua Pemuda Muslimin Indonesia) tadi magrib mengirim pesan ke grup whaqtsapp pemuda muslim. Dikirimnya yang tampak berlumuran darah dan beberapa photo tulisan tangan yang menceritakan ihwal kejadian tradedi penganiayaan kepada salah seorang tokoh islam di Jawa Barat.
Melihat pesan tersebut, hati ini gregetan. Untuk memastikan pesan tersebut, saya menghubungi Kang Saepullah melalui whatsapp.
"Kang, benar itu photo bukan hoax?", tanyaku. "Benar, itu didapat dari anak-anak (kader pemuda muslim) Bandung.
Saya kembali membuka smartphone dan mengirim pesan ke grup pemuda muslim, "biadab kalakuan jalma teu waras, sing enggal dipasihan hidayah. Urang doaken ku urang sadayana pak kyai sing aya dina magfiroh Allah. Mangga urang doaken ku sadayana ikhwan pemuda muslim, tos shalat isya kum di pelosok kangge kasaean pak kyai" tulisku.
Waktu itu pesan saya langsung dibalas oleh Abu Nahla, Ketua PC Pemuda Muslimin Indonesia Kab. Garut, "tos ngantunken (artinya: sudah meninggal)". Namun, saya tanyakan jam berapa meninggal dunianya, Abu Nahla belum menjawab sampai tulisan ini dibuat.
Kembali saya tanyakan ke informan setia, mbah google. Namun, berita yang ada belum memuat perkembangan dari sebelumnya.
Namun, saudara Cecep (masih salah satu kader pemuda muslim) mengupload screenshoot dari seseorang bernama Riris ke grup pemuda muslim. Screenshoot tersebut menampik kabar telah wafatnya ceng Emon Umar Basri pimpinan pondok pesantren Al-Hidayah Santiong Cicalengka Bandung Jawa Barat.
Kasus penganiayaan terhadap mama santiong ini mendapat respon dari lapisan masyarakat, terutama lapisan masyarakat islam. Penganiayaan yang dilakukan oleh orang yang tidak dikenal ini telah menyakiti hati masyarakat. Betapa tega, seorang alim ulama yang seharusnya kita hormati malah diperlakukan secara tidak pantas.