Masihkah disebut Ikhlas, Jika Mendapat Imbalan?

advertise here
Bismillahirrahmaanirrahiim,,,

Masihkah disebut Ikhlas, Jika Mengharap Imbalan dari Allah?

Hampir beberapa bulan Abu Raksa belum sempat lagi menulis artikel. Baru malam ini Abu Raksa menyempatkan kembali untuk menulis sebuah nilai. Rasa ingin menulis ini, diawali adanya sebuah pesanan postingan kampanye sebuah jasa. Dimana Abu Raksa menerima jasa menulis atau posting artikel untuk membiayai kegiatan blogging ini. Order untuk posting sebuah produk telah beres dilakukan, namun ada yang sangat mengganjal di dalam hati. Yakni mengenai tujuan channel blog ini adalah dibuat untuk menuliskan pengalaman hidup supaya menjadi amal ibadah kepada Allah SWT yang tidak pernah terputus selama blog ini hidup. Untuk itu Abu Raksa menilai harus mengimbangi tulisan komersil dengan tulisan ikhlas, yakni sebuah tulisan yang hanya mengharap bayaran dari Allah SWT semata.

Mungkin para saudara sekalian mengernyitkan dahi ketika membaca "tulisan ikhlas" dan "hanya mengharap bayaran dari Allah SWT semata". Katanya ikhlas, tapi kok mengharap sesuatu dari Allah SWT. Untuk itu mari kita simak video di bawah ini:



Sebagai penambah literatur mengenai ikhlas ini, silahkan saudara baca tulisan Arti Ikhlas, Kedudukan, Manfaat, dan Macam-Macam Ikhlas.

Mengenai ilmu ikhlas telah banyak dikupas oleh para pendahulu, olehkarena itu Abu Raksa akan sedikit mengupas mengenai implementasi kata ikhlas dalam kehidupan sehari-hari. Seyogyanya kata ikhlas tiak bisa terlepas dari miqat (pemberangkatan, ihwal, sebab) dan wijhah (tujuan). Sebuah perbuatan atau amal dapat dikatakan mencapai derajat ikhlas apabila miqat dan wijhahnya bersandar pada Allah, dengan kata lain lillahi taa'la.

Sehingga kita bisa mencapai pada derajat ikhlas apabila melakukan sesuatu atas dasar perintah Allah dan tidak mengharap imbalan apapun dari makhluk. Bahkan kita diharuskan untuk senantiasa ra'ja (mengharap imbalan dari Allah berupa ridha Allah dan sebagainya) dalam melakukan suatu perbuatan dan jangan sekali-kali thama' (mengharap balasan dari makhluk atau manusia).

Namun, bukan berarti sebuah perbuatan ikhlas diharamkan mendapat imbalan dari manusia. Syah-syah saja jika kita telah berbuat ikhlas, namun tetap mendapat imbalan dari makhluk, asal jangan thama'. Anggap saja hal tersebut sebagai bonus bagi hamba-hamba shaleh.

Contoh kasus:

Pada suatu hari dalam sebuah perjalanan, Asep melihat seorang laki-laki mendorong sepeda motor yang diikut oleh seorang wanita yang sedang menggendong seorang anak. Setelah melewati laki-laki tersebut Asep melihat ban sepeda motor laki-laki tersebut nampak baik-baik saja, tidak kempes. Asep berpikiran bahwa motor laki-laki yang tidak dikenalnya itu kehabisan bensin. 

Dikarenakan Asep mengetahui, di daerah tersebut tidak ada yang jualan bensin sedangkan lokasi SPBU sangatlah jauh, dirinya merasa harus membantu laki-laki tersebut. Lalu Asep membalikan arah kendaraannya dan menghampiri laki-laki tersebut. Benar saja, motor laki-laki tersebut kehabisan bensin. Asep pun menawarkan sebuah pertolongan untuk membelikan laki-laki tersebut bensin dengan harapan pertolongannya tersebut membuat dirinya akan mendapat pertolongan Allah SWT di dunia ini.

Singkat cerita Asep kembali mendatangi laki-laki tersebut dengan membawa kantung plastik yang berisi bensin dan diberikannya kepada laki-laki itu. Merasa telah ditolong, laki-laki itu mengucapkan banyak terimakasih sambil memasukan selembar uang ke kantung baju kemeja Asep. Serta merta Asep merogoh uang tersebut dan mencoba mengembalikan uang tersebut. Namun, laki-laki itu pun tidak mau mengambil kembali uang yang telah diberikannya. Sehingga akhirnya Asep menerima uang tersebut dan mengucapkan terimakasih kepada lelaki itu walau tidak mengharapkan uang tersebut.

Bagaimana menurut saudara sekalian? Apakah perbuatan Asep bisa dikatakan ikhlas atau tidak?

Wallahu a'lam
Walhamdulillahi rabbil a'lamiin,,,

Click to comment